Selasa, 22 Januari 2013

"Indah Pada Waktunya"

“Jika hidup tanpa masalah, tidak ada warna dalam kehidupan. Tetapi jika hidup kita berwarna, kita akan mendapatkan tantangan. Dan tantangan adalah sesuatu yang harus kita selesaikan. Hingga akhirnya semua Indah Pada Waktunya”

Inilah yang terjadi dengan Hanifah seorang gadis yang baru saja beranjak remaja. Ia berumur 14 tahun. Ia terlahir dari keluarga yang berkecukupan dengan memiliki seorang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki.
Hanifah adalah anak yang baik. Ia pendiam namun jika seharusnya ia bertindak ia pun akan bertindak. Dia adalah siswi yang berprestasi disekolahnya. Dalam pandangan banyak orang mungkin hanifah adalah anak yang beruntung karena terlahir dari orangtua yang mampu menghidupnya, mampu memenuhi kebutuhannya, ia juga baik dan berprestasi disekolahnya. Namun, semua itu salah. Dibalik semua kebahagian yang terlihat, hanifah tidak mendapatkan kebahagian batinnya.
Ia memang mendapatkan segala kebutuhan yang ia perlukan. Namun, ia kurang mendapatkan perhatian kedua orangtuanya. Saat dirumah ia jarang sekali berbincang-bincang atau sekedar bertukar pikiran dengan kedua orangtuanya. Hal ini disebabkan karena kesibukan orangtuanya terhadap pekerjaannya diluar. Waktu bertemu hanifah dengan ibu dan ayah nya pun cukup sempit. Pagi hari sebelum ia berangkat sekolah dan malam hari ketika matanya sudah terasa lelah. Tak jarang ia merasa kesepian saat berada dirumah. Ibu dan ayahnya bekerja, kakaknya sibuk dengan HP yang selalu stand by ditangan nya, dan jika ia sedang ingin bermain dengan adiknya yang baru berumur 3 tahun, terkadang adiknya sedang tertidur ditemani dengan baby sitternya.
Hanifah lebih senang berada disekolah. Karena disekolah ia lebih bisa merasakan kekeluargaan dan kebersamaan walaupun takkan pernah sehangat keluarga dirumah yang belum ia rasakan. Ia memiliki sahabat disekolahnya, namanya Trisa. Mungkin trisa tempat hanifah bisa bertukar pikiran. Walaupun trisa tak mungkin selamanya terus menemani hanifah. Setidaknya hanifah tetap bersyukur karena ia masih mempunyai sahabat yang terkadang bisa mengobati kesedihannya. Namun ternyata, beberapa kali hanifah dan trisa saling bercerita. Hanifah tak pernah sedikitpun bercerita tentang masalah keluarganya. Ia hanya tidak ingin akibatnya menjadi buruk dan sahabatnya menjadi terbebani karenanya.
3 hari berjalan hanifah sudah merasa tak kuat menahan masalahnya sendiri sehingga pada akhirnya ia pun bercerita kepada sahabatnya, trisa. Dengan sedikit ragu ia meminta waktu untuk bercerita. Trisa pun mau mendengarkan ceritanya. Dengan kata yang tertatih-tatih ia mengawali ceritanya. Dan akhirnya hanifah pun menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Bola air kecil sepertinya tak tertahankan lagi oleh hanifah. Ia menumpahkannya dihadapan sahabatnya. Trisa pun ikut terbawa suasana, ia meneteskan air mata mendengarkan cerita hanifah.
Trisa cukup tak menyangka karena menurutnya hanifah yang ia kenal adalah hanifah yang tegar dan periang tetapi ternyata dibalik senyum cerianya hatinya menangis. Akhir dari cerita hanifah, trisa berusaha memberi solusi terhadap masalahnya. Selama ini hanifah belum pernah menceritakan perasaannya ini kepada siapa pun termasuk orang tuanya. Solusi pertama, trisa menyarankan hanifah untuk membelikan sesuatu yang berhubungan dengan orangtuanya, yang mungkin bisa mengingatkannya. Solusi yang kedua, trisa menyarankan agar hanifah meminta waktu kepada orangtuanya dan mengatakan perasaannya selama ini. Hanifah pun tersenyum dan berpelukan dengan trisa.

Keesokan harinya..

Hanifah menyempatkan ke toko buku sepulang sekolah. ia membeli buku yang bertema kasih sayang, yang inti dari cerita itu adalah tentang kasih sayang ibu dan ayah kepada anaknya. Pada malam hari ketika orangtuanya sudah pulang bekerja, hanifah menyapa dan memberikan buku itu kepada ibunya dan langsung bergegas ke kamarnya. Ibunya pun menerima buku itu dan memperlihatkannya pada sang ayah, mereka pun terlihat kebingungan lalu masuk kekamar.
Hanifah tak tahu apakah ibu dan ayahnya membaca buku itu. beberapa hari kemudian saat malam hari telah datang hanifah langsung tidur dikamarnya. Tiba-tiba terdengarlah suara langkahan kaki kedua orangtuanya masuk ke kamar hanifah dan mendekatinya. Hanifah tau jika ibu dan ayahnya ada disampingnya, namun ia berusaha untuk terus terlihat tidur. Lalu, terdengarlah suara tangisan ibu sambil mengelus-elus rambut hanifah dan mengutarakan kata “maaf” pada hanifah, begitupun ayahnya. Hanifah tercengang dalam hatinya, ia tak mengerti apa yang telah terjadi. Hanifah belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. dalam hatinya hanifah ingin menangis tetapi ia terus menahannya, hingga pada akhirnya ibu dan ayahnya mencium kening hanifah dan pergi meninggalkan kamarnya.
Hanifah baru sadar, jika ibu dan ayahnya seperti itu mungkin saja karena buku pemberiannya telah dibaca. Hanifah bersyukur karena perhatian orangtuanya tumbuh kembali. Hingga ia pun bertekad, besok hari ia akan memberanikan diri untuk berbicara secara langsung kepada orangtuanya. Karena, kebetulan besok adalah hari libur sehingga keluarganya komplit berada dirumah.
Pagi hari tiba hanifah langsung terbangun dan bergegas menemui orangtuanya. Dengan malu-malu hanifah mendekati ibu dan ayahnya yang sedang berada diruang keluarga. Ibunya pun menyapanya dengan kalimat ”selamat pagi sayang..”. lalu hanifah langsung mendekat dan menceritakan perasaan selama ini yang ia rasakan. Ibu dan ayahnya seperti merasa bersalah. Lembutnya hati seorang ibu pun muncul ketika ibunya menangis. Ayahnya pun memanggil kakaknya dan adiknya untuk berkumpul bersama diruang keluarga. lalu ayahnya meminta maaf kepada semua anaknya sekaligus mewakili ibu. ia menyadari betapa kurangnya perhatian yang diberikan selama ini kepada anak-anaknya. Ternyata kebutuhan yang diberikan selama ini tidak selamanya membuat kebahagian, jika kebutuhan kasih sayangnya tidak tercukupi. Derai tangis pun terurai dipagi itu, lalu ibu dan ayahnya pun merangkul dan memeluk hanifah berserta kakak dan adiknya.
Pagi hari itu adalah hari yang tidak akan pernah hilang dari ingatan hanifah. Inilah saat hanifah benar-benar merasakan kebahagian yang sesungguhnya. Sebenarnya selama ini pun orang tuanya menyayangi anak-anaknya, hanya saja terbatasi oleh pekerjaan. Dihari yang sama pun ibunya berkata, bahwa ia tidak akan bekerja lagi diluar, namun akan membuka usaha kecil dirumahnya. Sehingga masih bisa memperhatikan, merawat, dan mendidik anak-anaknya dirumah. Dan ayahnya pun akan meluangkan waktunya ketika libur bersama anak-anaknya.
Kebahagian pun bertambah lagi ketika ayahnya mengajak mereka untuk berlibur. Antusias hanifah pun cukup tinggi. Ia pun sangat senang dan ia baru menyadari semua akan Indah Pada Waktunya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar